Etika telah
didefinisikan oleh bebrapa ahli sebagai berikut :
§
Drs.
O.P Simorangkir
Etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik
§
Drs.
Sidi. Gajalba dan Sistematika filsafat
Etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal
§
Drs. H.
Burhanudin Salam
Cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Perkembangan Etika tersebut sudah
melewati beberapa fase, yaitu :
1.Etika Teologis
Pada
perkembangan generasi pengertian pertama, semua sistem etika berasal dari
sistem ajaran agama.Semua agama mempunyai ajaran-ajarannya sendiri-sendiri
tentang nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang baik dan buruk sebagai pegangan
hidup bagi para penganutnya.Karena itu, ajaran etika menyangkut pesan-pesan
utama misi keagamaan semua agama, dan semua tokoh agama atau ulama, pendeta,
rahib, monk, dan semua pemimpin agama akrab dengan ajaran
etika itu.Semua rumah ibadah diisi dengan khutbah-khutbah tentang
ajaran moral dan etika keagamaan masing-masing.
Bagi agama-agama yang mempunyai
kitab suci, maka materi utama kitab-kitab suci itu juga adalah soal-soal yang
berkaitan dengan etika.Karena itu, perbincangan mengenai etika seringkali
memang tidak dapat dilepas dari ajaran-ajaran agama. Bahkan dalam Islam
dikatakan oleh nabi Muhammad saw bahwa “Tidaklah aku diutus menjadi Rasul
kecuali untuk tujuan memperbaiki akhlaq manusia”. Inilah misi utama kenabian
Muhammad saw.
2.Etika Ontologis
Dalam
perkembangan kedua, sistem etika itu lama kelamaan juga dijadikan oleh para
filosof dan agamawan sebagai objek kajian ilmiah.Karena filsafat manusia sangat
berkembang pembahasannya mengenai soal-soal etika dan perilaku manusia
ini.Karena itu, pada tingkat perkembangan pengertian yang kedua, etika itu
dapat dikatakan dilihat sebagai objek kajian ilmiah, objek kajian
filsafat.Inilah yang saya namakan sebagai tahap perkembangan yang
bersifat ontologis.Etika yang semula hanya dilihat sebagai
doktrin-doktrin ajaran agama, dikembangkan menjadi ‘ethics’ dalam pengertian
sebagai ilmu yang mempelajari sistem ajaran moral.
memahami
perkembangan etika bisnis De
George membedakannya kepada lima periode
1.
Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan
filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan
manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur. Pada masa ini masalah moral disekitar ekonomi dan
bisnis disoroti dari sudut pandang teologi.
2. Masa Peralihan: tahun
1960-an
pada saat ini terjadi perkembangan baru yang dapat
disebut sbagai prsiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis. Ditandai
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan)..
Pada saat ini juga timbul anti konsumerisme. Hal ini memberi perhatian pada
dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan memasukan mata kuliah baru
ke dalam kurikulum dengan nama busines and society and coorporate sosial
responsibility, walaupun masih menggunakan pendekatan keilmuan yang beragam
minus etika filosofis.
3. Etika Bisnis Lahir di AS:
tahun 1970-an
terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika
bisnis pada tahun 1970-an yaitu:
sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis.
Pada saat ini mereka bekerja sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana tentang etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis.
Pada saat ini mereka bekerja sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana tentang etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
4. Etika Bisnis Meluas ke
Eropa: tahun 1980-an
di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Hal ini pertama-tama ditandai dengan
semakin banyaknya perguruan tinggi di Eropa Barat yang mencantumkan mata kuliah
etika bisnis. Pada taun1987 didirkan pula European Ethics Nwork (EBEN) yang
bertujuan menjadi forum pertemuan antara akademisi dari universitas, sekolah
bisnis, para pengusaha dan wakil-wakil dari organisasi nasional dan
nternasional.
5. Etika Bisnis menjadi
Fenomena Global: tahun 1990-an
Etika bisnis telah hadir di Amerika Latin , ASIA,
Eropa Timur dan kawasan dunia lainnya. Di Jepang yang aktif melakukan kajian
etika bisnis adalah institute of moralogy pada universitas Reitaku di
Kashiwa-Shi. Di india etika bisnis dipraktekan oleh manajemen center of human
values yang didirikan oleh dewan direksi dari indian institute of manajemen di
Kalkutta tahun 1992. Telah didirikan International Society for Business,
Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
Di indonesia
sendiri pada beberapa perguruan tinggi terutama pada program pascasarjana telah
diajarkan mata kuliah etika bisnis. Selain itu bermunculan pula
organisasi-organisasi yang melakukan pengkajian khusus tentang etika bisnis
misalnya lembaga studi dan pengembangan etika usaha indonesia (LSPEU Indonesia)
di jakarta.
FAKTOR PENDUKUNG IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS
1.
Adanya kepedulian terhadap mutu kehidupan kerja oleh
manajer atau peningkatan “Quality of Work Life”.
2.
Adanya “Trust Crisis” dari publik kepada perusahaan.
3.
Mulai diterapkan punishment
yang tegas terhadap skandal bisnis oleh pengadilan.
4.
Adanya peningkatan kekuatan control dari LSM.
5.
Tumbuhnya kekuatan publisitas oleh media.
6.
Adanya
transformasi organisasi dari “transaction oriented” menjadi “relation
oriented”.
PENDEKATAN STAKE HOLDER
Stake holder terdiri dari semua
pihak yang berkaitan dengan berdirinya suatu usaha dan kelanjutan usahanya,
yaitu: negara (penguasa sumber daya alam), pemerintah (penguasa
sumber daya manusia) dan komunitas
(lingkungan hidup)
Negara terdiri dari:
1.
Kepala negara (presiden)
2.
Kepala daerah (sultan/bupati/walikota)
Pemerintah terdiri dari :
1.
Pemerintah pusat (kabinet)
2.
Pemerintah daerah dekonsentrasi (gubernur)
3.
Pemerintah daerah otonom (bupati , walikota)
Komunitas terdiri dari :
1.
Investor (share holder)
2.
Manajemen (pebisnis)
3.
Pekerja
4.
Mitra usaha ( lembaga keuangan, konsultan , pemasok
distributor , agen dan pengecer
5.
Pembeli (end user)
6.
Penduduk disekitar lingkungan usaha
Bisnis masa lalu lebih banyak
mengutamakan pendekatan share holder yaitu kepentingan utama sipemilik
/penyandang dana daripada kepentingan stake holder.
Dalam era globalisasi pebisnis
dituntut untuk melakukan bisnis dengan mengutamakan etika bisnis yaitu
menjalankan suatu usaha yang saling bermanfaat bagi semua pihak yang terkait
dalam bisnisnya
Alasan perlunya etika dalam bisnis:
1.
Kinerja bisnis tidak hanya diukur dari kinerja
manajerial / finansial saja tetapi juga berkaitan dengan komitmen moral,
integritas moral, pelayanan, jaminan mutu dan tanggung jawab sosial.
2.
Dengan persaingan yang ketat, pelaku bisnis sadar bahwa
konsumen adalah raja sehingga perusahaan harus bisa merebut dan mempertahankan
kepercayaan konsumen.
3.
Perusahaan semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah
tenaga kerja yang siap untuk dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan
semaksimnal mungkin. Karyawan adalah subyek utama yang menentukan
keberlangsungan bisnis sehingga harus dijaga dan dipertahankan.
4.
Perlunya
menjalankan bisnis dengan tidak merugikan hak dan kepentingan semua pihak yang
terkait dengan bisnis.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar